Demonstran PT.vale ajak duel di duga buntut aksi premanisme

“Ngaku preman? Jangan cuma teriak, sini duel!”

 

MOROWALI, 1 Mei 2025 – Di Desa Ululere, Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali, ratusan warga kembali turun ke jalan. Bukan untuk karnaval atau perayaan hari buruh. Mereka datang membawa satu warisan: amarah. Aksi ini bagian dari perjuangan mempertahankan hak atas tanah keluarga Abdurrabbie yang secara turun-temurun mereka kuasai – dan, anehnya, kini “dipinjam” oleh raksasa tambang, PT Vale Indonesia.

Massa aksi kembali mengepung akses MBB1 milik PT Vale di Seba-seba. Spanduk, orasi, dan tenda perlawanan kembali dipasang – meski sempat dihancurkan entah oleh siapa, yang jelas bukan oleh angin. Menurut warga, pelakunya adalah sekelompok pria bertopeng. Mungkin malu dikenal, mungkin juga sedang syuting film laga tanpa izin.

Alasan mereka sederhana: tanah warisan mereka diolah tanpa izin mereka, dan yang menghancurkan spanduk malah bukannya minta maaf, tapi ngaku-ngaku preman. Sebuah plot yang terlalu sinetron untuk disebut kenyataan, tapi terlalu nyata untuk disebut fiksi.

Massa dipimpin oleh Alrlan, sang koordinator lapangan yang lebih tegas dari juru bicara perusahaan. “Kami di sini bukan karena iseng atau gabut. Kami menuntut hak yang sah, dan pengrusakan kemarin itu bukti bahwa dialog tidak pernah diinginkan pihak sebelah,” ujar Alrlan, yang suaranya lebih keras dari speaker lapangan.

Aksi dipusatkan di MBB1 PT Vale, wilayah yang kini lebih dikenal sebagai zona konflik ketimbang zona industri. Entah tambang apa yang lebih bernilai: nikel di bawah tanah, atau keberanian warga di atas tanah.

Menurut surat pemberitahuan resmi, aksi ini dimulai sejak 1 April 2025 dan akan berlangsung… sampai menang. Ya, sampai menang. Sebab menyerah tidak pernah masuk dalam kamus ahli waris Abdurrabbie.

enariknya, di tengah riuh massa, PT Vale memilih jurus andalan: diam seribu kata. Tak satu pun perwakilan mereka turun menemui warga. Mungkin sedang menyusun naskah panjang bertajuk “Cara Menghindari Dialog: Panduan Perusahaan Modern”.

Dan yang paling epik…Salah satu peserta aksi mendadak jadi bintang utama. Dengan nada tinggi dan parang di tangan, ia menantang duel terbuka:

“Mana yang pake topeng kemarin? Mana yang ngaku preman? Sini kita duel! Jangan cuma garang karena dibayar bosmu!”

Kalimat yang seharusnya jadi kutipan di film laga, kini menjadi bagian dari berita.

Konflik lahan di Indonesia sudah seperti warisan nasional. Tapi jangan salah, tanah yang disengketakan kali ini bukan tanah garapan, bukan tanah tidur, tapi tanah warisan sah yang bahkan pemerintah akui. Ironisnya, tambang bisa jalan terus, tapi hak rakyat malah jalan di tempat.

 

Berita Terkait

PT Vale Didemo Warga Wasuponda, DPRD ...
SERTIJAB Polres Lutim kapolres Tegaskan Tak ...
Kehadiran perwakilan Disnaker Lutim ke PKS ...
DPRD Luwu Timur Dinilai Mandul Hadapi ...